
Pelatihan Kewirausahaan: Membuka Peluang Baru Bagi Warga Binaan
Tangerang–Second Chance Foundation (SCF) bersama Yayasan Indonesia Setara, dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyelenggarakan program pelatihan kewirausahaan yang ditujukan untuk memberikan bekal keterampilan serta wawasan baru bagi Warga Binaan (WB). Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari di Lapas Kelas IIA Tangerang dan menghadirkan berbagai sesi inspiratif, mulai dari pembekalan mental hingga keterampilan teknis dalam berbisnis.
​
Hari Pertama: Pembukaan dan Penguatan Mindset
​
Hari pertama pelatihan diawali dengan prosesi pengalungan kartu peserta sebagai simbol dimulainya rangkaian kegiatan. Momen ini terasa istimewa karena turut dihadiri oleh Ketua Second Chance Foundation, Evy Amir Syamsudin, Dewan Penasihat Yayasan Indonesia Setara, Ibu Catharina Latjuba, serta Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Setara, Ernawati Usman. Kehadiran mereka membawa energi positif sekaligus menegaskan komitmen bersama untuk mendukung warga binaan dalam meraih kesempatan kedua. Dalam sambutannya, para tokoh tersebut menyampaikan pesan motivasi tentang pentingnya memiliki semangat baru, keberanian bermimpi, dan tekad untuk membangun masa depan yang lebih baik.
​
Setelah pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi hypnotherapy yang dirancang untuk membantu peserta lebih rileks, fokus, dan siap menerima perubahan positif. Banyak peserta merasakan manfaat langsung dari sesi ini, terutama dalam menenangkan pikiran serta meningkatkan rasa percaya diri. Suasana semakin cair ketika peserta diajak untuk lebih terbuka dalam menggali potensi diri dan menyadari bahwa setiap orang memiliki peluang untuk berkembang.
​
Selepas istirahat dan makan siang, peserta mendapatkan materi penguatan mindset yang menekankan pentingnya berpikir optimis, disiplin, dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan. Sesi ini dikemas interaktif melalui diskusi dan refleksi bersama, sehingga peserta tidak hanya mendengar, tetapi juga aktif berbagi pengalaman serta tujuan pribadi yang ingin dicapai. Hari pertama ditutup dengan sesi refleksi, yang menjadi ruang bagi peserta untuk menyuarakan harapan mereka sekaligus meneguhkan komitmen mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan semangat baru.
​
Hari Kedua: Belajar Baking dan Menghitung HPP
​
Hari kedua pelatihan berfokus pada keterampilan praktis yang dapat menjadi bekal langsung bagi peserta. Suasana dapur pelatihan di Lapas Kelas IIA Tangerang terasa ramai dan penuh semangat ketika peserta diajak mempraktikkan keterampilan baking dengan membuat macaroni schotel. Mereka dilatih mulai dari mempersiapkan bahan, mengolah adonan, hingga proses memanggang dan penyajian. Aktivitas ini memberikan pengalaman nyata bagaimana mengelola produksi makanan dengan rapi, higienis, serta mempertahankan cita rasa yang konsisten. Bagi sebagian peserta, ini adalah pengalaman pertama mereka mencoba baking, sehingga suasana dipenuhi rasa penasaran sekaligus antusiasme untuk belajar.
​
Lebih dari sekadar memasak, sesi ini juga menekankan pentingnya kerja sama tim dan disiplin dalam mengikuti instruksi. Peserta belajar bagaimana pembagian tugas, kecepatan kerja, serta ketelitian dalam setiap tahap produksi akan mempengaruhi hasil akhir. Hasil masakan yang mereka buat kemudian dicicipi bersama, menciptakan rasa bangga karena berhasil menghasilkan produk yang layak jual dan bisa dinikmati banyak orang.
​
Setelah sesi baking, kegiatan dilanjutkan dengan workshop penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP). Peserta diajak memahami secara rinci bagaimana menghitung biaya bahan baku, tenaga kerja, hingga biaya operasional yang diperlukan dalam produksi. Dari perhitungan tersebut, mereka belajar menentukan harga jual produk secara tepat agar usaha tidak hanya berjalan, tetapi juga memberikan keuntungan. Diskusi interaktif membuat peserta semakin sadar bahwa keberhasilan sebuah usaha tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk, melainkan juga oleh kemampuan dalam mengelola keuangan. Materi ini menjadi bekal penting agar mereka bisa menjalankan usaha secara lebih terencana dan berkelanjutan.
​
Hari Ketiga: Identitas Usaha dan Strategi Bisnis
​
Hari terakhir pelatihan berfokus pada aspek manajerial dan strategi usaha, yang menjadi bekal penting bagi warga binaan untuk mengembangkan keterampilan praktis ke arah bisnis yang nyata. Warga binaan mempelajari tentang identitas usaha, termasuk bagaimana merancang nama usaha yang mudah diingat, logo yang mencerminkan produk, serta citra merek yang kuat untuk membedakan diri di tengah persaingan. Materi ini membantu mereka menyadari bahwa membangun usaha bukan hanya soal produk, tetapi juga bagaimana produk tersebut dipersepsikan oleh konsumen.
​
Selain itu, warga binaan diperkenalkan pada konsep pencatatan keuangan yang baik dan teratur. Instruktur menekankan pentingnya mengelola arus kas secara transparan, mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran, serta memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha. Dengan keterampilan ini, warga binaan diharapkan mampu menjaga keberlanjutan bisnis yang mereka jalankan di masa depan.
Tidak kalah penting, warga binaan juga mendapatkan pengetahuan mengenai digital marketing, sebuah strategi yang sangat relevan di era teknologi. Mereka belajar bagaimana memanfaatkan media sosial, platform daring, hingga strategi promosi sederhana yang dapat menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya yang efisien. Antusiasme warga binaan terlihat jelas ketika mereka diajak mendiskusikan cara memasarkan produk buatan mereka secara kreatif di dunia digital.
​
Sebagai puncak acara, para warga binaan diminta untuk menyusun rencana usaha mereka masing-masing. Ide-ide tersebut kemudian dipresentasikan di depan instruktur dan sesama peserta. Sesi ini bukan hanya menjadi wadah pembuktian kreativitas dan keberanian, tetapi juga momentum berharga bagi peserta untuk melatih kemampuan komunikasi serta mempertajam konsep bisnis yang telah mereka susun. Presentasi yang berlangsung penuh semangat ini menjadi penutup yang inspiratif, sekaligus langkah awal menuju masa depan yang lebih mandiri.
​
Membangun Harapan Baru
​
Melalui pelatihan yang terlaksana atas kerja sama SCF, Yayasan Indonesia Setara, dan Kadin ini, para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga merasakan pengalaman belajar yang menyeluruh. Dari pembekalan mental, keterampilan teknis, hingga strategi bisnis, seluruh rangkaian kegiatan dirancang untuk memberikan gambaran nyata bagaimana sebuah usaha dapat dirintis dan dijalankan dengan baik.
​
Program ini menjadi bukti bahwa warga binaan memiliki potensi besar ketika diberi kesempatan dan dukungan. Keterampilan seperti mengolah makanan, menghitung harga pokok produksi, menyusun identitas usaha, hingga memasarkan produk secara digital bukan sekadar teori, melainkan bekal nyata yang bisa mereka terapkan dalam kehidupan setelah kembali ke masyarakat. Lebih dari itu, kepercayaan diri dan pola pikir positif yang dibangun selama pelatihan menjadi modal penting untuk menghadapi tantangan di masa depan.
​
Harapannya, para peserta mampu memanfaatkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh untuk membuka peluang usaha, mandiri secara ekonomi, serta berkontribusi bagi lingkungan sekitar. Kegiatan ini juga menegaskan komitmen SCF bersama mitra untuk terus menghadirkan program-program pemberdayaan yang berfokus pada transformasi hidup warga binaan. Dengan semangat kesempatan kedua, SCF percaya bahwa perubahan selalu mungkin terjadi, dan masa depan yang lebih baik dapat diraih bersama.
.png)



